Wednesday, August 18, 2010

ERTI BERSYUKUR ALA MELAYU


Syukur dan manifestasinya.
Apa itu syukur  ? Sebahagian besar orang Melayu jika terlintas kata “syukur” biasanya secara langsung juga teringat kalimah` Alhamdulillah !... Karena sudah kebiasaan atau sudah menjadi  darah daging kalau seseorang mendapatkan sesuatu yang  memberikan rasa senang, gembira dan puas, hampir pasti dia akan mengatakan, Syukur Alhamdulillah.
Dalam masyarakat Melayu kita perhatikan bahawa mereka sering melafazkan perkataan` Alhamdulillah ` dan ` InsyaAllah `malah kalimah ini begitu mudah disebut oleh golongan pelaku maksiat itu sendiri.
Sebagai contoh seorang artis ataupun pemuzik maupun ahli sukan yang lagak mereka itu dalam keadaan menjolok mata, malah ada diantara mereka kelihatan pakaiannya ternampak lurah buah dada dan pehanya, tetapi apabila ditanya oleh pengacara rancangan television diatas kejayaannya, maka ayat yang mudah dikeluarkan  oleh mulutnya acapkali ialah ` Alhamdulillah` ataupun ` InsyaAllah ` yang bermaksud kemenangan ini akan menyuntik semangatnya untuk memperbaiki persembahannya ke arah lebih cemerlang, gemilang dan terbilang dalam  karier yang diceburinya itu.
Begitu juga lagak orang politiknya pula….ketika memenangi satu – satu jawatan samada pilihanraya atau jawatan tertentu sering melafazkan kalimah yang sama, walaupun kemenangan mereka hasil tipudaya yang terancang demi mengekalkan kuasa.

Pak menteri pula sering memainkan irama yang sama bagi mengabui mata rakyat selepas meluluskan sesuatu projek yang besar turut melafazkan kalimah ini, walaupun rakyat dibebani dan kesempitan kos hidup.
Layakkah mereka mengucapkan kalimah agung itu.
Gabungan dua kata itu bukanlah kata yang tidak bermakna, sejujurnyalah banyak dari kita yang mengingat Allah hanya pada saat-saat kita menerima rasa nikmat, baik itu nikmat lahir maupun batin. Dan itupun masih masih sebatas pada lisan saja. Jauh dari manifestasi syukur yang sebenarnya.
Mungkin banyak juga dari kita yang tidak “terlintas” Tuhan. Juga pada saat kita dalam keadaan kesusahan yang sudah sedemikian rupa barulah kita mau mendekat kepada Tuhan, untuk kemudian melupakannya lagi seiring dengan bertambahnya nikmat hidup.
Kerana apa ? Kerana kita hanya mau mengakui “Tuhan” hanya pada saat saat tertentu saja, terutama pada saat-saat ‘Tuhan” memberikan kepada kita nikmatNya. Tetapi kebanyakan dari kita melupakan “Tuhan” seiring dengan semakin bertambah atau menipisnya nikmat-nikmat tersebut. Dan pada saat-saat kita “kehabisan” nikmat  barulah kita berfikir tentang “Tuhan” yang sebenarnya. Barulah kita menyedari kalau ada dan tiadanya  kehidupan tidak terlepas dari “Penguasa “ yang sebenarnya. Iaitu Allah swt.
Syukur adalah ungkapan terima kasih atas segala “rasa” yang bisa memberikan kepada kita perasaan senang, gembira atau rasa puas secara lahiriah. Yang bisa dinikmati, baik disaat ini maupun disaat-saat yang akan datang. Ungkapan rasa terima kasih atas segala anugerah atau rahmat yang telah di limpahkan kepada kita oleh Allah swt. baik berupa nikmat material ataupun nikmat non material atau yang biasa kita sebut nikmat jasmani dan nikmat ruhani.
QS. An Naml : 73.

“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).”
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ﴿٧٣﴾
Akal merupakan anugerah nikmat yang sangat besar dan tinggi sekali nilainya yang di berikan oleh Allah kepada kita. Akal  membuat suatu kenikmatan menjadi lebih nikmat lagi atau berlipat ganda. Dan akal juga  untuk di gunakan memahami apa saja yang ada di alam ini untuk lebih mengetahui rahasia tentang kehidupan. Dan dari akal juga manusia boleh memahami tentang sesuatu dan untuk apa sesuatu itu akan berguna untuk dirinya.
Akal juga yang membuat perbedaan yang hakiki antara manusia dengan makhluk yang lain. Yang menyebabkan manusia di katakan sebagai makhluk atau ciptaan yang sempurna. Sehingga manusia sedar untuk memiliki ilmu sebagai khalifatul ardh atau pemimpin di muka bumi.
Bagaimanakah kita harus bersyukur ?
Perwujudan rasa syukur manusia kepada Allah swt. adalah penyerahan diri sepenuhnya kehadapan Allah swt. dalam arti tunduk dan patuh terhadap semua yang diperintahkan dan di larang, atau ketaatan secara total dalam memahami dan menjalankan semua apa yang di perintahlan dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk meninggalkan semua apa yang di larangNya.
Perintah Allah itu meliputi Iman dan Islam. Iman meliputi kepercayaan dan keyakinan kepada Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari akhir/berbangkit dan Takdir Allah. Sedangkan Islam adalah membaca dua kalimat syahadat, menjalankan perintah shalat, puasa di bulan Ramadhan, membayar zakat sesuai ketentuan dan pergi haji jika mempunyai kemampuan.
Jika di ringkas lagi, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa dengan berlandasan Iman dan tauhid untuk menjadikan diri kita manusia yang bertakwa.
QS. Ibrahim : 34.

”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ﴿٣٤﴾
QS. An Naml : 73.
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ﴿٧٣﴾

”Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).”
QS. Al Hajj : 66.
”Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat.” وَهُوَ الَّذِي أَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَكَفُورٌ﴿٦٦﴾
Dari beberapa ayat itu Allah swt mengatakan bahwa manusia itu kebanyakan mengingkari nikmat, tidak mensyukuri, begitu banyak nikmat yang telah di berikan kepadanya, lupa, lalai terhadap Allah yang telah memberikan semua yang telah diambil dan di gunakan untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kalaupun kita mengatakan  sudah bersyukur mari kita perhatikan beberapa ayat di bawah ini.
QS. As Sajdah : 9.
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ﴿٩﴾

”Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
QS. Al Mu`minuun : 78.
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ﴿٧٨﴾

”Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”
Ini penggambaran terhadap diri kita yang dalam menjalankan perintah-perintah Allah suka bermalas-malasan kadang sholat kadang tidak, bahkan banyak tidaknya, kalaupun sholat hanya untuk mengugurkan kewajiban sahaja.
Begitulah manusia ! Lantas apa yang dihajatkankan ? Pasti yang dihajatkannya adalah “petunjuk”. Dan petunjuk Allah itu sudah ada yaitu Al Qur`an. Kitabullah itu merupakan petunjuk dan pelajaran dan pembeda antara yang haq dan yang batil.
Oleh karena itu marilah,…marilah kita berusaha untuk menjadi manusia yang bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan kita, dan telah memberikan kepada kita kenikmatan yang begitu banyak. Bahkan begitu banyaknya sampai-sampai kita tidak akan pernah dapat menghitungnya berapa banyak kenikmatan yang telah kita terima.
Sebabnya, kesyukuran yang kita ungkapkan dan wujudkan itu sebenarnya bukan untuk Allah, tetapi kesyukuran itu sebenarnya untuk diri kita sendiri. Allah tidak berkehendak kepada kita, tetapi kitalah yang berkehendak kepada Allah, bahkan jika semua yang ada di muka bumi ini ingkar kepada Allah, tidak akan berkurang sedikitpun kekuasaan Allah.
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ﴿١٢﴾

”Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Allah akan menambah nikmatNya kepada kita apabila kita bersyukur dan apabila kita ingkar sesungguhnya Allah maha kaya, Allah tidak berkehendak kepada kita, kitalah yang berkehendak kepadaNya.
Mudah-mudahan kita diantara umat yang memahami bagaimana perwujudan syukur yang sebenarnya, agar kita mampu mencapai keinginan kita untuk dapat mencapai tahap seperti orang-orang yang bertakwa.
Amin.


0 comments:

Post a Comment

Wednesday, August 18, 2010

ERTI BERSYUKUR ALA MELAYU


Syukur dan manifestasinya.
Apa itu syukur  ? Sebahagian besar orang Melayu jika terlintas kata “syukur” biasanya secara langsung juga teringat kalimah` Alhamdulillah !... Karena sudah kebiasaan atau sudah menjadi  darah daging kalau seseorang mendapatkan sesuatu yang  memberikan rasa senang, gembira dan puas, hampir pasti dia akan mengatakan, Syukur Alhamdulillah.
Dalam masyarakat Melayu kita perhatikan bahawa mereka sering melafazkan perkataan` Alhamdulillah ` dan ` InsyaAllah `malah kalimah ini begitu mudah disebut oleh golongan pelaku maksiat itu sendiri.
Sebagai contoh seorang artis ataupun pemuzik maupun ahli sukan yang lagak mereka itu dalam keadaan menjolok mata, malah ada diantara mereka kelihatan pakaiannya ternampak lurah buah dada dan pehanya, tetapi apabila ditanya oleh pengacara rancangan television diatas kejayaannya, maka ayat yang mudah dikeluarkan  oleh mulutnya acapkali ialah ` Alhamdulillah` ataupun ` InsyaAllah ` yang bermaksud kemenangan ini akan menyuntik semangatnya untuk memperbaiki persembahannya ke arah lebih cemerlang, gemilang dan terbilang dalam  karier yang diceburinya itu.
Begitu juga lagak orang politiknya pula….ketika memenangi satu – satu jawatan samada pilihanraya atau jawatan tertentu sering melafazkan kalimah yang sama, walaupun kemenangan mereka hasil tipudaya yang terancang demi mengekalkan kuasa.

Pak menteri pula sering memainkan irama yang sama bagi mengabui mata rakyat selepas meluluskan sesuatu projek yang besar turut melafazkan kalimah ini, walaupun rakyat dibebani dan kesempitan kos hidup.
Layakkah mereka mengucapkan kalimah agung itu.
Gabungan dua kata itu bukanlah kata yang tidak bermakna, sejujurnyalah banyak dari kita yang mengingat Allah hanya pada saat-saat kita menerima rasa nikmat, baik itu nikmat lahir maupun batin. Dan itupun masih masih sebatas pada lisan saja. Jauh dari manifestasi syukur yang sebenarnya.
Mungkin banyak juga dari kita yang tidak “terlintas” Tuhan. Juga pada saat kita dalam keadaan kesusahan yang sudah sedemikian rupa barulah kita mau mendekat kepada Tuhan, untuk kemudian melupakannya lagi seiring dengan bertambahnya nikmat hidup.
Kerana apa ? Kerana kita hanya mau mengakui “Tuhan” hanya pada saat saat tertentu saja, terutama pada saat-saat ‘Tuhan” memberikan kepada kita nikmatNya. Tetapi kebanyakan dari kita melupakan “Tuhan” seiring dengan semakin bertambah atau menipisnya nikmat-nikmat tersebut. Dan pada saat-saat kita “kehabisan” nikmat  barulah kita berfikir tentang “Tuhan” yang sebenarnya. Barulah kita menyedari kalau ada dan tiadanya  kehidupan tidak terlepas dari “Penguasa “ yang sebenarnya. Iaitu Allah swt.
Syukur adalah ungkapan terima kasih atas segala “rasa” yang bisa memberikan kepada kita perasaan senang, gembira atau rasa puas secara lahiriah. Yang bisa dinikmati, baik disaat ini maupun disaat-saat yang akan datang. Ungkapan rasa terima kasih atas segala anugerah atau rahmat yang telah di limpahkan kepada kita oleh Allah swt. baik berupa nikmat material ataupun nikmat non material atau yang biasa kita sebut nikmat jasmani dan nikmat ruhani.
QS. An Naml : 73.

“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).”
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ﴿٧٣﴾
Akal merupakan anugerah nikmat yang sangat besar dan tinggi sekali nilainya yang di berikan oleh Allah kepada kita. Akal  membuat suatu kenikmatan menjadi lebih nikmat lagi atau berlipat ganda. Dan akal juga  untuk di gunakan memahami apa saja yang ada di alam ini untuk lebih mengetahui rahasia tentang kehidupan. Dan dari akal juga manusia boleh memahami tentang sesuatu dan untuk apa sesuatu itu akan berguna untuk dirinya.
Akal juga yang membuat perbedaan yang hakiki antara manusia dengan makhluk yang lain. Yang menyebabkan manusia di katakan sebagai makhluk atau ciptaan yang sempurna. Sehingga manusia sedar untuk memiliki ilmu sebagai khalifatul ardh atau pemimpin di muka bumi.
Bagaimanakah kita harus bersyukur ?
Perwujudan rasa syukur manusia kepada Allah swt. adalah penyerahan diri sepenuhnya kehadapan Allah swt. dalam arti tunduk dan patuh terhadap semua yang diperintahkan dan di larang, atau ketaatan secara total dalam memahami dan menjalankan semua apa yang di perintahlan dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk meninggalkan semua apa yang di larangNya.
Perintah Allah itu meliputi Iman dan Islam. Iman meliputi kepercayaan dan keyakinan kepada Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari akhir/berbangkit dan Takdir Allah. Sedangkan Islam adalah membaca dua kalimat syahadat, menjalankan perintah shalat, puasa di bulan Ramadhan, membayar zakat sesuai ketentuan dan pergi haji jika mempunyai kemampuan.
Jika di ringkas lagi, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa dengan berlandasan Iman dan tauhid untuk menjadikan diri kita manusia yang bertakwa.
QS. Ibrahim : 34.

”Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ﴿٣٤﴾
QS. An Naml : 73.
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ﴿٧٣﴾

”Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).”
QS. Al Hajj : 66.
”Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat.” وَهُوَ الَّذِي أَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَكَفُورٌ﴿٦٦﴾
Dari beberapa ayat itu Allah swt mengatakan bahwa manusia itu kebanyakan mengingkari nikmat, tidak mensyukuri, begitu banyak nikmat yang telah di berikan kepadanya, lupa, lalai terhadap Allah yang telah memberikan semua yang telah diambil dan di gunakan untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kalaupun kita mengatakan  sudah bersyukur mari kita perhatikan beberapa ayat di bawah ini.
QS. As Sajdah : 9.
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ﴿٩﴾

”Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
QS. Al Mu`minuun : 78.
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ﴿٧٨﴾

”Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.”
Ini penggambaran terhadap diri kita yang dalam menjalankan perintah-perintah Allah suka bermalas-malasan kadang sholat kadang tidak, bahkan banyak tidaknya, kalaupun sholat hanya untuk mengugurkan kewajiban sahaja.
Begitulah manusia ! Lantas apa yang dihajatkankan ? Pasti yang dihajatkannya adalah “petunjuk”. Dan petunjuk Allah itu sudah ada yaitu Al Qur`an. Kitabullah itu merupakan petunjuk dan pelajaran dan pembeda antara yang haq dan yang batil.
Oleh karena itu marilah,…marilah kita berusaha untuk menjadi manusia yang bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan kita, dan telah memberikan kepada kita kenikmatan yang begitu banyak. Bahkan begitu banyaknya sampai-sampai kita tidak akan pernah dapat menghitungnya berapa banyak kenikmatan yang telah kita terima.
Sebabnya, kesyukuran yang kita ungkapkan dan wujudkan itu sebenarnya bukan untuk Allah, tetapi kesyukuran itu sebenarnya untuk diri kita sendiri. Allah tidak berkehendak kepada kita, tetapi kitalah yang berkehendak kepada Allah, bahkan jika semua yang ada di muka bumi ini ingkar kepada Allah, tidak akan berkurang sedikitpun kekuasaan Allah.
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ﴿١٢﴾

”Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Allah akan menambah nikmatNya kepada kita apabila kita bersyukur dan apabila kita ingkar sesungguhnya Allah maha kaya, Allah tidak berkehendak kepada kita, kitalah yang berkehendak kepadaNya.
Mudah-mudahan kita diantara umat yang memahami bagaimana perwujudan syukur yang sebenarnya, agar kita mampu mencapai keinginan kita untuk dapat mencapai tahap seperti orang-orang yang bertakwa.
Amin.


No comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More